Saturday, May 23, 2009

SAVIO CHILDREN'S HOME - MONGOLIA

Komunitas ini resmi dibuka pada tahun 2005 dengan dua salesian yang menjadi perintis: P. Simon Lee, SDB (salesian misionaris dari Korea) dan P. Laurens (salesian misionaris dari Vietnam). Sekarang P. Laurens sudah kembali ke Vietnam karena kesehatan yang tidak memungkinkannya bekerja di Mongolia. Sedangkan P. Simon Lee, bertugas di Paroki Maria Penolong Umat Kristiani Darkhan dan juga sebagai director percetakan.
Latar belakang berdirinya komuntias ini
Komunitas ini berdiri karena situasi orang muda di Mongolia. Banyak anak muda yang tidak mempunyai kesempatan untuk sekolah dan bekerja dengan layak karena masalah kemiskinan. Banyak keluarga tidak mampu membiayai anak-anak mereka untuk sekolah, juga masalah dalam keluarga dengan kekerasan dan minum minuman keras. Masalah keluarga di Mongolia menjadi suatu masalah yang besar karena banyak yang hidup berkeluarga tanpa suatu perencanaan yang memadai dan bahkan tanpa perencanan untuk masa depan anak-anak mereka.
Hal lain adalah pola hidup orang Mongolia yang nomaden. Mereka bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan muda. Rumah (ger –dalam bahasa Mongolia) di bangun sedemikian rupa sehingga bisa diangkat, dibongkar dengan muda dan muda pula untuk dibangun kembali. Pola hidup nomaden ini mempersulit kehidupan anak-anak untuk bersekolah dan mendapat pekerjaan yang layak. Pola hidup nomaden ini juga berkaitan erat dengan mata pekerjaan mereka: sebagai peternak. Kadang ternak-ternak butuh makanan yang baik serta minum, maka tidak jarang mereka bisa berpindah sesuai dengan kebutuhan ternak.
Namun yang lebih penting adalah keprihatinan kami para Salesian akan kehidupan anak muda dan ingin berbuat sesuatu untuk masa depan mereka agar mampu mendapatkan pekerjaan yang layak dan menjadi warga Negara yang baik dan jujur. Sesuai dengan semangat bapa pendiri kami St. Yohanes Bosco (Don Bosco) yang mempunyai opsi atau perhatian khusus kepada kaum muda khusunya yang miskin dan terbuang lewat pendidikan dan ketrampilan, kami bekerja dan mendirikan rumah anak jalanan ini.
Awal berdirinya rumah ini hanya dengan tujuh anak jalanan yang benar-benar dari jalan. Enam dari mereka sudah memperoleh pekerjaan yang layak di perusahan dan satu di anataranya sekarang berada di kelas 12 dan tahun depan akan tamat. Sekarang kami mempunyai 26 anak dan pulahan anak yang sudah tamat sekolah mereka dan sudah memdapatkan pekerjaan yang layak. Sesuai dengan peraturan pemerintah, kami hanya bisa bertanggung jawab dengan hidup mereka sampai usia 20 tahun setelah itu, mereka harus punya rumah atau ger sendiri.
Semua anak yang tinggal di rumah ini, harus menempuh pendidikan pada sekolah teknik Don Bosco Ulaanbaatar Mongolia. Semua dari mereka harus mengambil sekolah ini karena beberapa pertimbangan:
1. Kami hanya bertanggung jawab dengan mereka sampai usia 20 tahun dan untuk itu mereka butuh kealihan agar setelahnya mereka bisa berkerja. Hal ini tidak muda karena sebagaian anak masuk ke rumah kita pada usia 8-9 tahun dan harus memulai dari kelas satu. Ada kasus khusus jika ada anak yang memang tidak bisa masuk sekolah teknik karena usia yang tidak memungkinkan karena sebelum sekolah teknik sesuai dengan peraturan pemerintah semua harus menempuh pendidikan awal di sekolah formal.
2. Mereka bersekolah di sekolah Salesian: karena mereka memang tidak mempunyai uang untuk membayarnya dan sebagai bayarannya setiap sabtu mereka harus ke sekolah untuk pembersihan sekolah dan bukan saja anak-anak kami tapi anak-anak lain dari keluarga yang miskin yang tidak mampu membayar harus bekerja.
3. Sekolah teknik memungkinkan mereka untuk dengan muda mendapat pekerjaan untu masa depan mereka setelah keluar dari rumah Savio.
4. Sekolah salesian karena system pendidikan dan pembinaan kaum muda dari para salesian yaitu preventive system, dengan demikian mereka akan selalu mengalami semangat salesian baik itu di rumah maupun di sekolah.
Jadwal harian mereka diatur sedemikian rupa dan selalu ada dalam semangat salesian. Mereka memulai pelajaran dari jam 7.30 dan akan berakhir pada jam 16.30 (untuk kelas 8-12) dan 7.30 – 13.00 untuk anak-anak di bawah kelas 7. Untuk mereka yang sekolah sampai sore biasanya tiba di komunitas jam 17.15. Setiap hari mereka pergi bersama ke sekolah dengan bus kami. Setelah tiba di rumah mereka mempunyai kegiatan lainnya seperti: olahraga, kerja, studi malam dan doa malam. Semua aktivitas berakhir pada pkl. 22.00. Semua jadwal harian mereka diatur sesuai “gaya salesian”.
Latar Belakang Mereka
Semua anak yang ada di rumah ini mempunyai tiga kategori:
1. Mereka yang benar-benar dari jalan:
Mereka ini diambil dari jalanan atau dari pos polisi[1]. Mereka ini benar-benar lari dari keluarga karena masalah keluarga dan masalah lain. Selama hidup di jalan mereka tidak bersekolah dan akrab dengan hal-hal kriminal. Untuk kehidupan mereka di musim dingin selama di jalan sangat sulit karena di Mongolia musim dingin sangat ‘menakutkan’ dengan suhu dingin di bawah 41 drajat.
2. Mereka yang berasal dari keluarga miskin:
Mereka ini benar-benar dari keluarga miskin dan tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah. Dengan menerima mereka di rumah ini, kami mencoba memberikan pemahaman kepada mereka untuk setelah menamatkan sekolah di DBITC (Don Bosco Industrial Training Centre) mereka dapat memperoleh pekerjaan yang layak dan dapat membantu kehidupan ekonomi keluarga.
3. Mereka yang tidak mempunyai keluarga lagi:
Saya telah memaparkan pola hidup orang Mongolia (nomaden) dan kehidupan keluarga di atas. Karena pola hidup keluarga ini, banyak anak yang ketika kembali ke rumah tidak menemukan kembali rumah (gir) mereka lagi. Kemana gerangan orang tua? Tidak ada yang tahu…..pindah ke tempat lain. Anak menjadi bingung dan jalan lain adalah pindah ke jalan. Mereka tidak tahu lagi keluarga mereka lagi. Mereka menyendiri dan menjadi anak jalanan.
Dengan tiga latar belakang di atas, apa yang kami buat setelah mereka tamat dari DBITC dan dari Savio’s Home?
Setelah mereka menamatkan pendidikan dan ketrampilan, bagi mereka yang mempunyai keluarga mereka harus kembali ke keluarga mereka dan mencari pekerjaan demi menunjang kehidupan keluarga. Bagi mereka yang dari jalan dan yang tidak mempunyai keluarga lagi, mereka juga harus pergi tapi kami berusaha untuk membeli tanah dan memberikan materi untuk membangun gir dan dari pihak mereka, berusaha untuk menemukan pekerjaan untuk hidup dan masa depan mereka. Bagi mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan, kami berusaha untuk mencarikan bagi mereka. Enam bulan sebelum keluar dari rumah kami dan tamat dari DBITC, rector memanggil mereka dan berdialog dan berusaha mengetahui masa depan dan apa yang ingin mereka lakukan setelah menamatkan pendidikan. Dan untuk mereka semua, pada enam bulan awal hidup mereka dalam bermasyarakat, kami masih berusaha mensupport, karena sebagaian dari mereka mengalami ‘society shock’ karena selama berada di Savio’s Home, semuanya tersedia dan apa yang mereka butuhkan kita berikan dan sediakan, tetapi ketika mereka berada dalam masyarakat semuanya harus disiapkan dan diusahakan secara pribadi.
Bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas, kami berusaha menemukan sponsor untuk mendukung secara financial study mereka. Selain itu, jika kami tidak mampu menemukan sponsor, jalan yang ditempuh adalah menganjurkan mereka untuk kerja selama dua atau tiga tahun dulu, dan setelah itu, dengan uang yang ada dan bantuan dari kami mereka memulai study di universitas. Dan kadang beberapa dari mereka kita terima sebagai staff untuk Savio’s Home sebagai assisten bagi yang lain, maintenance, sopir, dan pekerjaan lainnya. Semuanya ini adalah jalan untuk membantu mereka menemukan dan mendapatkan jalan menuju hidup yang lebih baik dari sebelumnya.
Beberapa dari mereka setelah keluar dari Savio’s Home dan tamat dari DBITC, mempuyai hidup yang layak, menemukan keluarga mereka dan tinggal bersama orang tua dan keluarga. Mereka mempunyai perkerjaan yang bagus dan bahkan dua anak sekarang mempunyai bengkel pribadi (satu bengkel automechanic dan bengkel kayu). Dengan adanya dua bengkel ini, beberapa ‘adik’ mereka di Savio’s Home yang tidak mempunyai pekerjaan dapat bekerja di tempat ini.

[1] Kadang polisi pergi ke jalan dan menangkap anak-anak jalanan dan diregistrasi setelah itu masuk barak penampungan. Dan jika kita ingin menampung anak-anak tersebut kita datang ke pos barak dan memilih anak-anak tersebut.

Sunday, May 03, 2009

HIDUP PENUH PROSES


Pagi ini, ketika saya sedang membuat meditasi pribadi, di depanku ada bunga yang indah banget. Bunga itu dibeli oleh rektor untuk dekorasi kapel saat paskah. Aku coba membuat refleksi dari bunga tersebut.

Kadang kita hanya melihat bunga dari bunganya tanpa melihat secara keseluruhan. Dari bunganya kita menemukan bahwa bunga itu indah, menarik dengan warnanya yang mempesona. Tapi jika kita melihat secara keseluruhan, bunga itu melalui suatu proses yang panjang. Setelah persemaian, tumbuh dari kecil dan timbul cabang-cabangnya, daun, berusaha untuk bertahan dalam setiap situasi. Kadang dia layu, nyaris mati, kadang dia segar, mekar, menghijau tapi sering juga melalui proses Survive the fittes (menurut Darwin), bunga itu berusaha untuk bertahan dan menjadi 'pemenang' hingga akhirnya dia memberikan warna yang indah dan memberi kesegaran dan kebahagiaan bagi yang memandangnya bahkan memberikan inspirasi bagi hidup kita.

Demikian dengan hidup manusia, kadang orang hanya melihat sukses dari setiap orang, tapi jarang orang melihat suka duka sebelum sukses. Untuk mencapai kesusksesan diperlukan suatu proses, kerja keras dan usaha yang ekstra. Dengan kerja keras orang mampu mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dan memberi kebahagiaan bagi hidupnya dan orang lain. Tidak jarang dalam mencapai kebahagiaan dan kesuksesan, kadang jatuh bangun, merasa putus asa, nyaris hilang harapan, dll, Namun tidak jatuh dalam keputusasaan dan pesimisme.

Hal yang sama juga hidup kristiani kita, untuk mencapai kesempurnaan hidup dibutuhkan suatu kerja keras, suatu proses yang terus menerus, suatu pertobtan yang konstan. Hidup kristiani kita bertumbuh dalam Tuhan, namun kadang kita gagal, jatuh, nyaris hilang harpan, pesimisme, dll, namun rahmat Tuhan selalu ada dalam kita, Tuhan tidak membiarkan kita sendirian, Ia merawat, menjaga, memelihara, menguatakan. Kadang kita menjadi layu dan kita butuhkan bantuan dari Tuhan untuk memberikan kita kekuatan dan 'air' untuk bangkit dan berjalan dalam DIA. Ketika kita menjadi layu, DIA meminta kita utuk mendekatiNya lewat doa dan penyerahan diri yang total sebagai seorang anak kepada Bapa. Dengan demikian kita akan menghasilkan bunga yang baik dan indah di mata Tuhan dan sesama. Mampukan kita bertumbuh dan berkembang dalam kasihNya?

Mari kita jadikan diri kita bunga yang memberi keindahan dalam iman akan Tuhan dan sesama, maari kita membuat diri kita menjadi indah dalam iman akan Tuhan.


Doaku.

Friday, May 01, 2009

GEMBALA BAIK

Tiga minggu yang lalu saya pergi ke sebuah kampung yang sangat jauh dari kota, 3 jam dari Ulaanbaatar. Saya diajak oleh satu keluarga untuk pergi bersama mereka menggembalakan domba, kambing dan sapi. Ratusan ternak dimiliki oleh keluarga ini, dan bapak dari keluarga ini, berjalan di depan semua ternaknya bersama kudanya dan semua ternak mengikuit dia, sedangkan saya bersama seorang anak laki-laki berada di belakang semua ternak dengan tongkat dan ketika salah satu atau beberapa ternak tidak berada bersama dengan yang lainnya, dengan tongkat di tangan kami mecoba membawa mereka kembali ke kawanan ternak lainnya.
Pengelaman sederhana ini mengingatkan saya akan bacaan suci khususnya injil hari minggu paskah ke IV sekaligus minggu panggilan ini tentang Gembala Baik.
Menjadi Gembala tidaklah muda, kita dituntut untuk berjalan di depan memberikan arah, tujuan dan teladan. Dengan arah dan 'kompas'yang kita bawa, memberikan arah bagi kawanan kita, namun untuk memberikan arah dan tujuan, kita sebenarnya harus tahu kemana kita akan berjaan, untuk apa kita berjalan, dan mengapa lewat jalan ini. Kadang kita menunjukan arah yang salah kepada orang lain....Sebagai seorang gembala kita juga dituntut untuk memberikan teladan hidup lewat kata-kata dan tindakan kita. Jangan salah, banyak tindakan kita mampu membuat orang lari dari kawanan kita.....lari dari kumpulan hidup kita.
Selain berjalan di depan, kita diminta juga untuk berjalan di belakang. Tujuanya jelas, dengan berjalan di belakang kita mampu menatap dengan lebih jelas kawanan kita, dengan berjalan di belakang, kita mampu menuntun merka yang lemah, mereka yang letih dan lesu, menegur mereka yang berjalan keluar dari kawanan,memberi arah yang benar bagi mereka yang telah salah arah. Berjalan di belakang menghendaki kita mempunyai hati dan kesabaran yang lembut untuk membimbing dan mengarahkan bahkan menggendong dengen penuh kasih merka yang sedang terluka.
Kadang dalam hidup kristiani kita,kita lupa bahwa kita juga adalah gembala bagi yang lain. Seorang ayah adalah gembala keluarga kristiani, seorang ibu pun demikian, seorrang anak, orang muda, orang dewasa, semua dari kita adalah GEMBALA. Kita menjadi teladan bagi orang lain, kita berjalan di depan sebagai penunjuk jalan bagi orang lain, bagi mereka yang belum mengenal Kasih Tuhan agar mereka mampu mengalami kasih Tuhan, bagi mereka yang sedang dalam masalah berat,bagi mereka yang salah jalan dan arah hidup,hendaklah kita menjadi gembala dan membawa mereka kepada Yesus sumber segala jalan, Dialah jalan kebenaran dan kehidupan. Kita juga berjalan di belakang untuk membimbing kawanan, membimbing dan menuntun mereka yang mungkin sedang dalam keputusasaan, mereka yang dalam keterpurukan hidup,mereka yang terluka oleh beban hidup, oleh luka batin, oleh berbagai persoalan hidup. Saat mereka dalam situasi ini, mereka membutuhkan orang yang mampu membimbing dan memberi hati bahkan 'meenggendong' mereka kepada Yesus dan orang itu tidak lain anda dan saya yang mengaku bangga sebagai pengikut Kristus - kristen - yang bangga dengan kuat kuasa Yesus.
Semoga hari minggu ini menjadi isnpirasi bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih siap untuk menjadi gembala bagi yanglain,yang selalu siap untuk berjalan di depan, dan juga di belakang, yang mempu membawa semakin banyak jiwa dengan untuk Tuhan.
Kadang kita putus asa karena tugas ini terlalu berat, tapi bersama Yesus yang adalah sang gembala baik, kita mampu melakukannya. jangan takut.....bawalah semakin banyak jiwa lewat tindakan dan pola hidupmu kepada kawanan Yesus.
Minggu ini juga adalah minggu panggilan, banyak berdoalah juga untuk mereka yang telah dan sedang menjawab panggilan Tuhan, sebagai imam dan religius, semoga mereka juga setia pada pnggilan mereka dan memampukan mereka menjadi gembala bagi yang lain.berdoalah juga untuk saya......
TUHAN MEMBERKATI.....
HAVE A NICE DAY.....