Thursday, November 12, 2009

KUABADIKAN INI UNTUK AYAHKU TERCINTA YANG TELAH PERGI SELAMANYA


Saya teringat saat akhirku bersamamu bapaku tersayang, saat aku ingin meninggalkanmu unutk pergi jauh dan sangat jauh darimu, saat itu aku menemukan makna dan arti dari berkat. Malam itu, kita bersama di kamar keluarga: saya, mama dan papa tersayang, aku ungkapkan isi hatiku terdalam yang selama ini mengganjal di hatiku, dan papaku tersayang, engkau dengan telinga dan hati yang terbuka lebar untuk mendengarkan aku dan pada akhirnya Engkau berkata: anakku, pana ma mela-mela, sekolah ma mela-mela,mojip tite susah tapi Tuhan tetap ada di antara kita sehingga tit bisa mojip melang, pana ma mela-mela, sekolah ma mela-mela, kalau mo alami kesulitan peret kame tapi yang paling penting anaga, sera no orem pua fe no pua kesulitan moe je Alapes…Alapes pasti bantu karena ne gemadi mo untuk lalan Nae. Setelah itu ayahku tersayang berkata, sekarang anakku, berdoalah untuk saya dan mamamu. Dan saat itu aku berlutut di depan merka berdua dan berdoa bagi mereka. Setelah berdoa aku berkata, Bapa dan mamaku tersayang, sekarang berikan berkatmu unutk saya anakmu (dalam tradisi keluarga kami, ayah dan mama memberikan berkat dengan membuat tanda salib kecil di dahi saat kami akan pergi ke sekolah atau bepergian jauh), namun saya menyadari bahwa kondisi tangan kanan ayahku tidak bisa digerakan karena stroke selama dua tahun, saya meminta dia untuk memberikan berkat (tanda salib di dahiku) dengan tangan kiri. Namun ayahku berkata: engkau adalah anakku, engkau pantas mendapatkan berkatku dengan tangan kananku seperti anak yang lain, aku membesarkanmu dari kecil dan sampai engkau berada dalam pilihan hidupmu, aku ingin jerih payahku menjadi sempurna lewat berkatku ini. Engkau layak menerima dengan tangan kananku, bukan tangan kiri. Setelah itu ayah mengangkat tangan kanannya yang tidak dapat digerakan itu dengan ditopang oleh tangan kirinya yang bisa digeraakan dan membuat tanda salib di dahiku sebagai tanda berkat. Aku merasakah suatu usaha yang sangat keras dari ayahku tersayang untuk memberikan berkat itu. Suatu usaha yang keluar dari lubuk hati terdalam dengan penuh kelimpahan berkat.

Dua bulan kemudian, setelah aku tiba di Mongolia, tepatnya tanggal 12 november, karena rasa kangen yang mendalam, aku menelpon ke rumah, saat itu mama – seperti biasa berada di rumah menjaga papa yang sakit stroke – mengangkat telpon aku. Setelah bercerita ama mama, aku berbicara dengan papa, aku bercerita tentang keadaanku dan dia juga menceritakan kecemasannya ke aku selama kurang lebih dua bulan setelah kepergianku ke Italia dan Mongolia, tidak ada kabar dari aku, bapa cemas dan menunggu berita dari aku, dan akhirnya dia mengulang pesannya lagi (seperti di atas) dan setelah itu dia berkata, anakku Tuhan bersamamu, DIA memberkatimu selalu. Aku pamit dan aku masih berkata: Bapa satukan sakitmu dengan penderitaan Yesus di salib, dan dia mejawab aku, ini adalah salib yang Yesus berikan buat aku anakku. Aku terimanya walaupun berat…….

Dua hari kemudian, tanggal 14 November 2008, saat itu pkl. 5.15, aku masih tidur nyenyak di kamarku karena dingin, aku dikagetkan oleh bunyi HP-ku, ternyata tlp dari luar Mongolia, ku angkat, kakaku yang menelpon. Ade apa kabar – tanyanya – aku baik tata – Ama….kita harus terima dan mengikhlaskan kepergian Bapa….tadi pagi jam 5.00 bapa telah pergi untuk selamanya….pecah tangisku seakan tidak percaya….Tuhan kenapa semuanya ini terjadi….kenapa semuanya begitu cepat…aku masih sayang papa….bapaku pergi untuk selamanya……

Satu tahun berlalu, kesedihan mewarnai hidupku, aku mengerti benar arti kehilangan orang yang kita sayangi, aku mengerti hidup tanpa seorang ayah…aku mengerti arti terbang dengan satu sayap, namun di atas semuanya aku mengerti arti dan makna CINTA, MAKNA KEHIDUPAN dan PEMBERIAN DIRI. Dari pribadi ayahku aku temukan cinta itu, cinta yang tanpa meminta balas, cinta yang berkorban, cinta yang selalu menanti, cinta yang selalu menyertai, cinta yang selalu memberi, cinta yang selalu membuat aku mengerti makna dari memberi, memberi tanpa harus menuntut balas, memberi tanpa harus mengharapkan, cinta yang mengangkat dan memberdayakan orang lain. Pemberian dirinya nampak dalam dirinya yang menua termakan usia lewat kerja keras, lewat penanaman iman yang teguh, dirinya menua termakan sengat matahari, termakan cangkul, parang, demi sesuap nasi untuk memberi hidup bagi keluarga. Badannya menua termakan cucuran keringat dan air mata demi pendidikan yang lebih baik dari anak-anak, dirinya menua termakan waktu untuk hidup yang lebih baik bagi kami anak-anak. Dia tidak memikirkan dirinya, dia memikirkan kami anak-anak, masa depan, dan hidup yang lebih baik, lebih ‘bermartabat’ dan lebih baik dari dirinya.

Dia laksana lilin yang memberi terang bagi kami sementara dirinya rela dan siap meleleh demi menerangi dan membimbing jalan hidup kami. ‘Lilin’ itu meleleh dan akhirnya habis…..selamat jalan ayah….terima kasih uda menjadi lilin dan teladan bagi kami. Darimu kami belajar arti dan makna hidup, doakan kami khususnya saya anakmu agar mampu menjadi lilin yang baru bagi orang lain, mampukan aku untuk melanjutkan, membawa, memberikan dan mewariskan cintamu lewat orang-orang lain. Terima kasih untuk berkatmu yang tulus dan murni dari hatimu, mampukanlah aku dan kami semua dalam keluarga agar mampu menjadi berkat bagi orang lain yang ada di sekitar kami. Bapa aku sayang denganmu….I miss u always…..

No comments: