Tuesday, March 16, 2010

PERPISAHAN


Hari senin, tanggal 15 Maret 2010, Aku dipanggil oleh rektor untuk mendengarkan hasil skutinium saya karena masa TOP saya telah berakhir, terima kasih Tuhan karena setelah menajlankan masa ini, saya akhirnya dinyatakan lolos dengan skor 4-0, dan diijinkan unutk menjalankan teologi saya. Maka hari senin malam anak-anak mengadakan perpisahan dengan saya. Mereka mempersiapkan segala sesuatu unutk perpisahan dengan saya, mereka menyanyi, berjoget, berpuisi, dan juga acara yang dibawakan oleh Fr. Anton, dia menyanyikan lagi "Ketong pu Cinta" dan sambil menyanyikan lagu itu, dia menangis, anak-anak juga ikut menangis dan akhirnya aku juga menangis, semua suasana yang awalnya meriah dan asik berubah menjadi sunyi dan sepi. Awalnya aku ga mau datang ke perpisahan itu, tapi P. Victor telepon saya dan minta untuk datang, waktu saya datang Mendee uda nangis duluan, dia peluk saya dan langsung menangis. 
Keesokan harinya, saat "selamat pagi" semua staff, guru-guru dan semua pelajar mengucapkan selama jalan unutk aku, mereka memberikan aku DEL dan banyak hadiah lainnya. Aku sangat terharu, mereka memberikan tepuk tangan panjang unutk aku, dan berteriak "Mas Ikh Bayartlalaa - Terima Kasih Banyak - Aku sangat bahagia dengan itu, dan merasa berat untk pergi. Aku menceritakan pengalaman-pengalaman kesulitan aku saat tiba pertama di Mongolia 21 oktober 2008. Semuanya sangat sulit dan pengen balik saja, tapi akhirnya semuanya dapat teratasi dan menjadi betah banget. Saya dipakekan DEL di depan anak-anak. Del dan kado lainnya adalah hasil keringat dari guru-guru dan staff dengan uang mereka sendiri, Teruma kasih banyak. setelah selamat pagi, saya menjadi sangat terharu karena siswa-siswa saya memberi banyak kado dan terutama "surat cinta" mereka untuk aku, bahkan saya menjadi sangat terharu dengan kelas III mekanik, karena mereka justeru kelas yang paling bandel, tapi mereka semua yang datang secara bersama dan meminta maaf dan mengatakan "surat kami ini tolong bacakan juga untuk mamamu, karena kami ingin mamamu tahu bahwa dia telah memberikan kepada kami seorang anak yang sangat kami cintai dan sangat baik. Katakan pada mamamu terima kasih kami". saya bahagia sekali. Saya mendapat banyak "surat cinta" dari mereka dan juga dari anak-anak saya. Saya akan menjaga surat-surat itu.
Setelah selamat pagi, saya dan P. Paul Trung pergi bertemu dengan bapa uskup, sekaligus untuk pamit dan minta berkatnya. harapan dan asa dia berikan di pundakku selama study saya, dan saya bahagia sekali bersama dia, dia memberikan saya berkatnya, serta hadiah berupa, kata-kata dari Joshua tentang keteguhan pada Kitab Suci dan merenungkannya setiap hari, juga sebuah salib yang bagus banget dari dia.
Sebelumnya pada pagi harim, saya dan P. Victor pergi ke komuntias suster MC di Darikh untk mengucapakan selamat tinggal kepada mereka. saat misa mereka mendoakan intensi saya terutama study teologi saya, merka memberikan banyak kado untuk saya, lewat gambar-gambar Bunda Maria, Bunda Theresa dan juga GER yang diatasnya dipasang patung Bunda Maria.....menarik!!! 
siangnya saya diundang oleh fr. Andre dan P. Herve, CICIM untuk makan siang di paroki katedral, makan siang bersama mereka dan sekedar berbagi kebahagiaan dan kegembiraan antara kami tetang misi di Mongolia. tepat jam 17, ada perpisahan khusus di ruang guru, lagi-lagi saya harus dan pantas berterima kasih kepada mereka karena mereka membantu dan mendukug banyak karya salesian, dan banyak membantu saya unutk berjalan dalam semangat salesian. Aku bahagia berada di tengah-tengah mereka, setelah acara di ruang guru, saya pergi ke ruang staff di rumah anak jalanan tempat aku bekerja selama 1,5 tahun. semua staff sedih dan menangis saat mengucapkan selamat jalan ke saya, banyak hal-hal indah yang luar biasa yang tidak mungkin aku lupakan. Mereka mencintai aku sama seprti aku mencintai mereka. Lalu tepat jam 19.00, kami mengadakan misa terakhir dan pelepasan untk aku di komuntas serta dilanjutkan dengan makan malam terakhir sebelum berangkat. tepat pkl 20.30, anak-anak memberikan kado terakhir untuk saya berupa peta dan bendera Mongolia yang dibuat sendiri oleh mereka dengan manik-manik seprti rosario. Aku bahagia banget menerimanya, mereka menangis lagi dan aku juga menangis. Setelah itu, kami semua bersama salesian dan anak-anak mulai dari yang kecil ampe yang gede, kita berngkat ke bandara. mereka menghantar kami bertiga ke bandara. di sana untuk terakhir kalinya paling tidak selama 4 tahun aku melihat mereka. Mereka sedih tapi selalu ada harapan, harapan akan masa depan saya untuk berkarya lebih baik sebagai seorang imam, ada harapan agar mereka bisa menemukan kembali model ayah yang sebagaian dari mereka tiadk mereka miliki dan rasakan serta alami, ada harapan bahwa saya akan kembali unutk mereka. Terima kasih Bapa atas kesempatan indah ini, Terima kasih Mongolia karena engkau mengijinkan tanahmu diinjak dan menjadi tempat pijakan saya, terima kasih semua orang yang saya termui dalam perjalnanku. Kalian semua sangat berarti bagi aku, kalian semua adalah harta terindahku.
Bayartlalaa bas Bayartai minii Mongold, Bi tanart hairtai shuu.....durun jiilin daraan uulzii....Burhan Tanariig evel......maskh ikh bayartlalaa, bas minii gemeg bas buruu yumiig uclaraai.........
BI MONGOLD HAIRTAI......

Wednesday, March 10, 2010

LIFE IS GOING ON

Hari ini pimpinan meminta saya untuk membuat surat permohonan kepada provinsial supaya saya bisa menjalankan teologi saya di Manila. Saya melakukannya, tapi jujur, aku memang sangat sedih, karena saya masih ingin berada di Mongolia sebagai tanah misiku yang sangat aku cintai. Namun aku akhirnya menyadari bahwa hidup harus terus berjalan dan itu membuat aku mengerti bagiamana kehidpanku setelahnya. Jika aku tetap berjalan dengan keadaan seperti ini, aku tidak bisa banyak berbuat untuk misi, tapi jika saya meninggalkan semuanya dan pergi unutk studi teologi, setalahnya saya akan bisa berbuat banyak bagi orang lain. Hal itulah yang memenangkan aku untuk bisa terus menatap harapan yang ada di depan aku yang semakin hari semakin menampakan sinarnya kepadaku. Aku ingin menantap sinar itu yang memberi saya kekuatan untuk meninggalkan tempat ini demi masa depan saya dan dengan demkian aku juga satu saat nanti aku ingin kembali ke sini dan bebuat sesuatu dengan lebih baik bagi misiku di sini.
Waktu memang berjalan sangat cepat. Tidak terasa sudah hampir dua tahun aku menjalankan tahun praktek saya di sini di tanah misiku, dan berat bagiku unutk meninggalkannya. Namun hidup terus berjalan sejalan berjalannya waktu. Aku harus berjalan juga bersama waktu tanpa harus terhanyut. kadang aku merasa waktu terlalu cepat dan aku tidak mempunyai kekuatan untuk memutarnya kembali atau membuatnya menjadi lambat. AKu haru berjalan bersama sang waktu. Untuk sesuatu yang lebih indah di masa depan, aku tak perlu mengejar waktu tapi aku sberusaha untuk menghayati waktu. Waktu berjalan sangat cepat, dia tidak akan kembali, dia terus berputar dan berjalan dan kita tidak punya kekuatan unutk menghentikannya, dia yang akan menghentikan kita. Hanya dengan harapan dan kemauan yang kuat kita bisa berlari bersama waktu dan mampu berjalan bersamamnya. 
Dua tahun hampir berlalu, dan terasa sangat cepat, teologi menanti aku, dan meminta aku unutk berjalan dalam lingkarannya, dan kini aku harus aku akui bahwa walaupun berat meninggalkan tempat ini, tapi aku percaya waktu terus berjalan dan aku bisa menghayati waktu itu, aku ingin berada dalam waktu tanpa harus menangisinya, aku ingin berada dalam lingkarannya tanpa harus terkurung olehnya, yang lebih penting adalah menghayatinya dan berusaha memberi makna bagi hidupku bersama sang waktu.