Tuesday, April 21, 2009

Tuhan Memanggil Lewat Hal-hal yang Sederhana


Ketika saya menjalankan novisiat di Tigaraksa, kami semua menonton film tentang karya salesian di Papua New Geinha dan Salomon Island. Film ini sangat menarik bagiku, dan lebih-lebih karena mereka membutuhkan tenaga katekis. Waktu itu aku berpikir untuk menjadi seorang katekis. Jadi aku pengen ke sana. Awalnya hanya PENGEN. Hal lain yang membuat aku tertarik adalah lagu “Here I am Lord”. Bagiku lagu itu adalah sebuah panggilan untuk melayani, memberikan diri, mengabdi secara total, dan rela meninggalkan segala sesuatu. Lagu itu adalah jeritan orang-orang yang terdesak, yang dalam kerinduan akan sesuatu yang transenden, jeritan hati yang terdalam untuk keselamatan, dan jeritan minta pertolongan. Dan bagiku Tuhan mendengarkan jeritan mereka, Tuhan mengindahkan keluh kesa mereka dengan memanggil sekian banyak missionaries untuk melayaniNya. Bagi saya dua hal di atas sangat sederhana dan mungkin mejadi mustahil menjadi langkah awal sebuah perziarahan misi yang penuh tantangan, tapi dari hal yang sederhana ini Tuhan memurnikanku. Dan itu saya semakin menyadari ketika saya mengikuti kursus misi di Roma.
Namun ketika saya memikirkan konsekwensi menjadi seorang misionaris, aku menjadi takut. Saya mencoba berbicara dengan P. Andre Delimarta – novis master kami. PADS (begitulah sering dipanggil) mengatakan, kamu masih punya waktu untuk memikirkan niatmu itu, di post novisiat juga kamu masih punya waktu untuk memikirkannya. Saya mengatakan saya akan buat keputusan akhir ketika saya berada di tingkat dua filsafat. Saya mencoba membawa semua intensiku dalam doa dan refleksi, juga mencoba melawan perasaan ketakutan yang dangkal dan akhirnya saya memutuskan untuk menulis surat ke Roma setelah berkonsultasi dengan P. Peter Tukan – rektor saya di wisma. Dan setelah mendapatkan balasan dari P. Francis Allancerry, SDB (waktu itu adalah Councilor of Mission), saya semakin yakin dengan pilihan saya. Saat berada di tingkat tiga, saya menulis surat ke rektor mayor P. Pascual Chavez, SDB, dan saya mendapatkan balasan untuk mempersiapkan diri dan memperkuat panggilan misiku. Semua suratku ke Roma aku tulis pada pest Don Bosco. Saya ingin menyerahkan intensiku kepada doa bapa pendiri kita. Setelah selesai UAS tahun lalu, aku pergi libur ke Flores tapi belum tau akan ke mana, yang jelas aku akan ke Roma untuk kursus misiology. Saat di Flores aku mendapat kabar bahwa aku akan ke Mongolia. Saya bingung, tidak tahu di mana Mongolia dan bagaimana kehidpan mereka. Namun aku yakin itulah kehendak Tuhan. Aku siap untuk panggilan indah ini.

No comments: