Tuesday, April 21, 2009

ANTARA MISI DAN SALIB


Awal September saya dan Fr. Natalino meninggalkan Indonesia menuju ke Roma untuk mengukiti kursus Misi. Di sana kami bertemu dengan 32 salesian lainnya dari berbagai provinsi yang akan mejadi misionaris. Masa persiapan kami jalani di La Pissana – Generalat Salesian, dan P. Joseph Putanpurakal, SDB – Dosen Misiologi di teologat Secret Heart of Jesus Shillong India menjadi pembicara. Kami juga mendapat konferensi dari Rektor Mayor, Ekonomer general, P. Cereda (untuk pembinaan), Youth Pastoral, Komunikasi sosial, dan sharing dari para misionaris. Semuanya sangat berguna. Kami juga mendapat kesempatan untuk audensi dengan paus dan mengunjungi tempat-tempat penting dalam gereja dan kongregasi. Akhir dari masa kursus, kami menerima salib misi pada 28 september 2008 dari rektor mayor di Basilika Maria Penolong Umat Kristiani Turin.
Salib adalah bentuk cinta Allah kepada dunia, relasi antara Allah dan manusia menjadi renggang karena dosa dan Allah memulihkan hubungan itu. Untuk itu, Dia mengutus anakNya yang tunggal untuk kita. Dia adalah misionaris pertama dari Bapa yang diutus untuk mewartakan kabar baik Kerajaan Allah dan mendamaikan surga dengan dunia. Melalui karya pewartaan lewat tindakan dan karya-karaNya kita menjadi anak-anak Allah. Namun konsekwensinya menjadi jelas: SALIB. Melalui salib kita diselamatkan (In Cruce Salus) dan untuk itu, Ia rela meninggalkan keAllahanNya dan datang ke dunia untuk keselamatan kita. Ia rela mati di salib.
Sebagai seorang misionaris, saya percaya inilah kehendak Allah yang terindah dalam hidupku, berkarya di sini di Mongolia di tengah anak-anak yang tidak beruntung secara sosial dan ekonomi. Saya percaya bahwa Tuhan ingin menjadikan setiap kita pembawa kasih-Nya dan agar kasih-Nya dikenal dan dialami, maka kita harus siap untuk meninggalkan segala sesuatu. Meninggalkan memang tidaklah muda. Namun itu adalah tuntutan dari Yesus, demi kasih dan cintaNya agar dialami dan dirasakan oleh orang lain terutama mereka yang belum mengenalnya. Sebagaimana konsekwensi dari misi adalah salib, tentu sebagai misionaris kita mengalami salib dalam hidup. Salib-salib itu seperti kesepian, keterasingan, sakit, bahagia, dan hal-hal lainnya. Benar!!. Namun saya mecoba mengisi dan menimba kekuatan dalam doa dan benar saya dikuatkan oleh Doa. Selain itu saya berusaha untuk menanggalkan idealisme dan mencoba untuk lebih masuk dalam situasi Mongolia dengan latar belakang, way of thinking juga way of life mereka. Selain itu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan cuaca yang sangat dingin (minus 40 derajat bawah nol), serta makanan dan situasi lainnya. Namun dalam setiap situasi ini, saya selalu memandang pada salib misiku. Ini adalah salib yang Tuhan berikan dan saya mencoba untuk memperkenalkan kasih-Nya kepada semua orang. Misi adalah membawa cinta dan pesan kasih Tuhan kepada semua orang dan melalui salib itu kita semua diselamatkan. Banyak orang tidak mencintai dan mengalami kasih Tuhan karena mereka tidak mengenal-Nya, karena kadang kita tidak membagikan-Nya. Inilah motivasiku yang awalnya hanya ketertarikan pada hal-hal visual.

No comments: